1 PENDAHULUAN
Pembahasan akan keterkaitan bahasa dengan masyarakat, atau pun yang berkenaan dengan berbagai fungsi bahasa di masyarakat harus diawali dengan usaha untuk merumuskan istilah tersebut. Misalnya masyarakat adalah sekumpulan orang yang terikat bersama pada satu tujuan tertentu. Istilah masyarakat ini menjadi konsep yang sangat komprehensif, namun nantinya akan terlihat bahwa kekomprehensivitas ini akan ditentukan oleh sangat beragamnya masyarakat yang harus diperhatikan selama studi ini. Kita bisa memulai sebuah definisi komprehensif yang sama tentang bahasa: bahasa adalah apa saja yang diungkapkan oleh anggota masyarakat tertentu. Namun, sebagaimana akan kita lihat bahwa pembicaraan di hampir semua masyarakat bisa dalam berbagai bentuk, terlebih bentuk apa yang akan kita bahas saat berusaha menjelaskan bahasa suatu masyarakat bisa membuktikan sebagai permasalahan yang masuk akal. Kadang masyakat itu plurilingual yaitu banyak yang menggunakan lebih dari satu bahasa, tapi masih sebagai bahasa. Harus dicatat pula bahwa definisi kita tentang bahasa dan masyarakat tidaklah berdiri sendiri: definisi tentang bahasa mencakup didalamnya orintasi pada masyarakat juga.
PENGETAHUAN KITA TENTANG BAHASA
Pada saat dua orang atau lebih berkomunikasi satu sama lain dengan ujaran, dapat dikatakan sistem komunikasi yang dipakai merupakan sebuah kode. Dalam banyak hal, kode merupakan sesuatu yang kita kenal juga dengan bahasa. Dapat dicatat juga bahwa dua orang yang menggunakan dwibahasa, yang menggunakan dua kode, yang menggunakan dua kode dan yang satu diantaranya berganti bahasa dan sebaliknya baik dengan pergantian kode maupun pencampuran diantaranya, mereka itu sesungguhnya telah menggunakan kode yang ketiga, lain dari dua bahasa yang mereka gunakan. Sistem (grammatikal lebih populernya) merupakan sesuatu yang diketahui oleh si penutur, namun dua hal yang ingin diketahui para ahli bahasa adalah pengetahuan tentang apa dan seperti apakah pengetahuan itu.
Dalam praktiknya, para ahli bahasa sering tidak mudah menulis secara gramatikal sebab kemampuan yang mereka miliki akan bahasa yang mereka gunakan susah untuk dijelaskan . yang pasti berbeda, lebih dari sekedar seperti pengetahuan yang kita dapatkan pada tata bahasa yang ada pada rak buku, meski sebagus apa pun tata bahasa yang ada itu. Seserang yang paham akan bahasa akan tahu lebih banyak bahasa itu sendiri melebihi ketatabahasaan yang ada yang diharapkan mampu menerjemahkan istilah bahasa. Yang juga menarik adalah bahwa pengetahuan tersebut merupakan berikut setiap individu yang menggunakan bahasanya (dengan asumsi yang bersangkutan paham dan mengerti tata bahasa penggunaan bahasanya sendiri) dan juga beberapa pengetahuan yang dapat dibagi oleh mereka, semua yang menggunakan bahasa tersebut.
Sekarang ini, sebagian besar para ahli bahasa sepakat bahwa pengetahuan penutur akan bahasa itu sendiri bersifat abstrak yang berupa pengetahuan tentang aturan dan prinsip cara berbicara dan berkenaan dengan bunyi, kata, dan kalimat bukannya hanya sebagai pengetahuan akan bunyi tertentu, kata, dan kalimat semata. Jelasnya, mana yang merupakan isi bahasa dan mana yang bukan; bahasa memberikan mana yang mungkin
dan mana yang tidak. Pengetahuan ini memberi kejelasan bagaiman cara memahami sebuah kalimat yang belum terdengar sebelumnya dan menolaknya kerena tidak gramatikal karena ketidakmungkinannya. Komunikasi antara para pembicara dengan bahasa yang sama sangat dimungkinkan karena saling berbagi pengetahuan yang sama, meski bagaimana dan cara memperolehnya tidaklah dimengerti. Yang pasti, factor psikologi dan sosial sangat penting dan mendasar. Bahasa merupakan hak milik komunal meski bersifat abstrak dimana setiap individu dapat meraih dan menggunakannya dengan baik. Sebagaimana yang akan kita saksikan, luasnya kemampuan dan aktivitas dimasukkan ke dalam konsep penggunaan yang baik.
Jika dibandingkan dengan usaha untuk menjelaskan tata bahasa seperti dalam bahasa Inggris, banyak ahli bahasa yang mengikuti pendekatan Noam Chomsky, yang sudah tidak diragukan sebagai sosok yang paling berpengaruh atas teori linguistiknya sejak abad kedua puluh. Chomsky berpendapat bahwa pada umumnya untuk bisa memaknai bahasa, para ahli harus bisa membedakan mana yang masuk kategori penting dan tidak penting tentang bahasa dan kebiasaan berbahasa. Masalahnya adalah kadang memaknai secara universal pada umumnya bahasa, ciri dan aturan dan pedoman yang diikuti oleh si pembicara dalam memakai dan memaknai kalimat; setidaknya bagaiman individu menggunakan lafal tertentu dengan caranya yang ini atau kah yang itu.
Chomsky telah membedakan apa yang disebut kompetensi dan penampilan. Dia beranggapan bahwa hal tersebut merupakan tugas ahli bahasa untuk menjabarkan apa yang pembicara ketahui akan bahasa mereka, misalnya kompetensi mereka, bukan yang mereka lakukan dengan bahasa mereka, yaitu penampilan. Pencirian yang paling dikenal untuk perbedaan ini datang dari Chomsky sendiri (1965 hal 3-4) sebagaiman dikutip berikut:
Teori linguistik selalu berkenaan dengan penutur-petutur yang ideal, didalam lingkungan komunitias yang paham benar dan tidak terpengaruh oleh pemakaian yang tidak gramatikal seperti halnya keterbatasan memori, ketidaktertarikan, pergantian perhatian dan minat serta kesalahan (acak atau tertentu) dalam penggunaan pengetahuannya akan bahasa dalam penampilan nyata. Hal ini seperti pada posisi penemu linguistic umum modern dan tidak ada alas an yang kuat untuk memodifikasi yang disuguhkan. Untuk meneliti penampilan bahasa yang nyata, kita harus mempertimbangkan banyak factor atas kompetensi penutur – petutur yang sama. Dengan kata lain, meneliti bahasa tidak ada bedanya dari investigasi empirik atas penomena yang kompleks.
Dari waktu ke waktu, kita akan selalu kembali pada perbedaan kompetensi dan penampilan. Namun demikian, jenis kemampuan yang harus dijelaskan meliputi lebih banyak lagi dari yang Chomsky maksudkan, terlebih yang disinggung Chomsky tentang penampilan. Paham bahasa berarti paham bagaimana menggunakan bahasa itu sendiri.
PEMBAHASAN
1. Hymes (1964b, p.16) menyatakan dua contoh kebiasaan penutur Ojibwa, sebuah bahasa Indian Amerika menjelaskan perilaku bahasa:
Seseorang menginformasikan bahwa bertahun – tahun sebelumnya dia sedang duduk di dalam tenda saat sore hari selama terjadi badai bersama dengan seseorang yang sudah tua dan istrinya. Geledek terdengar bergantian. Tiba-tiba saja orang tua tersebut menghampiri istri dia dan bertanya, “Apakah kamu dengar barusan?” Tidak” jawabnya, saya tidak menangkap apa pun. Pemberi informasi tersebut yang seorang keturunan Indian berkata bahwa dia tidak paham apa yang orang tua dan istrinya maksudkan. Orang tua tersebut mengira jika ada burung Guntur telah berbisik padanya. Dia memberi reaksi yang sama layaknya merespon kepada orang yang kata-katanya tidak dia dimengerti Kebiasaan menandai meskipun sifat yang sepele sebuah anekdot membuktikan tingkat kedalaman hubungan sosial sama yang lain yang kemudian oleh orang terlihat dengan jelas dalam kebiasaan Ojibwa merupakan sebuah konsekuensi satuan kognitif yang diakibatkan oleh budaya.
Seorang pedagang yang jujur, mengupas sebuah kentang, mengupas sebuah batu besar, seperti ini lah yang dimaksudkan. Dia kirimkan ke John Duck seorang Indian yang merupakan pimpinan Wabano-sebuah upacara yang menggunakan Midewiwin (upacara besar yang biasanya menggunakan batu seperti animasi yang dapat bergerak dan membuka mulutnya. Sang pedagang tertarik dengan batunya dengan berkata bahwa batu itulah paviliunnya. John Duck sepertinya tidak menyukainya. Dia bersujud dan memohon kepada sang batu dengan suaranya yang nyaring agar menjadi paviliunnya. Menurut John, sang batu menjawab negatif.
Hal tersebut di atas bagi John Duck dengan cepat memahami situasi dalam arti yang tidak terlihat pada konteks bahasa Oibwa dan budayanya…. Sayangnya catatan yang saya punya tidak ada informasi yang menunjukkan fungsi langsung bahasa verbal mengenai masalah lainnya ( pergerakan batu, membuka mulut). Namun sepertinya hal ini sudah tepat. Dalam anekdot yang menjelaskan kebiasaan (perilaku) John Duck bahwa dia menggunakan ucapan sebagai modus berkomunikasi dari mulai pada animasi batu sampai interaksi sosial yang biasa muncul pada diri manusia. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa si batu diperlakukan sebagai jika sebagai manusia-bukan benda tanpa kelas, khususnya Ojibwa yang harus diposisikan sebagai manusia.
Hymes berpendapat bahwa secara umum, tidak ada fenomena yang dapat dijelaskan lebih lanjut bak tiada terhitung sebagai bagian dari pesan. Bagaimana observasi ini mungkin diterapkan pada contoh di atas? Dapatkah Anda memberikan contoh dari pengalaman Anda sendiri? Sebagai catatan bahwasannya asumsi dasar disini bahwa pesan, apa pun itu, membutuhkan bahasa. Apakah kemudian setiap bahasa harus sama pentingnya sebagaimana ahli sosiolinguistik, misalkan bahasa dari bunga, semapor, pakaian, dan petunjuk jalan? Jika tidak,
dasar apakah yang dapat menuntun kita untuk dapat memberikan batasan? Lalu bagaimana halnya dengan bahasa logika, Matematika, dan komputer?
2. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi untuk menjelaskan Inggris sebgai sebuah bahasa jika sebuah definisi haruslah mengandung semua unsur: berikut Inggris Cockney dan Jamaika, percakapan anak usia dua tahun, ungkapan cepat, bahasa dokumen tulisan yang formal seperti transfer urusan perumahan, ungkapan baku seperti apa kabar? Tidak ada hujan, hanya saja lebat; bahasa novel yang sempurna seperti ada kata yang belum pernah kita dengan sebelumnya (sebagaimana halnya dengan beberapa kalimat dalam buku ini); lalu kesleo lidah seperti queer dean padalah yang dimaksud aadalah dear queen? Jenis kemampuam apa yang harus Anda punya untuk dapat memecahkan tugas-tugas tersebut?
MASALAH KERAGAMAN
Perbedaan berkemampuan kompetensi di atas sebuah kesatuan yang berperan menentukan kemungkinan menarik tidaknya berkutat pada pekerjaan kebahasaan (linguistik) yang juga mengkhawatirkan terutama saat penuh dengan variasi yang dialami dalam bahasa yang dinamakan dengan penampilan yang kemudian disandingkan dengan kompetensi menjadi satu-satunya perhatian dari para ahli bahasa. Bahasa yang kita gunakan dalam keseharian bervariasi. Kenyataannya, bagi para peneliti, terasa bahwa banyak ragam yang ditempatkan sebagai masalah yang diharapkan menuntun setiap bahasa sebagai intinya, dan mestinya, yang homogen dan memungkinkan tulisan yang gramatikal yang memfungsikan aturan, seperti aturan menjelaskan apa, mana yang ya dan tidak mungkin dalam sebuah bahasa. Kemanapun kita masuk, kita pasti melihat paling tidak sekrup yang baru ataupun ketidakkonsistensian kecil sesuai aturan yang kita gunakan. Jika kita semakin mendekati bahasa, kita akan tahu lambat laun bahwa ada variasi-variasi internal, dan penutur dapat menggunakan variasi tersebut dengan konstan dalam setiap kemungkinan yang ada. Tak seorang pun akan bicara dengan cara yang sama persis, yang akan mengeksploitasi nuansa bahasa atas berbagai maksud. Konsekuensi adalah bentuk paradok: saat para ahli bahasa memperlihatkan bahasa yang homogen dan para pengguna hanya menggunakan satu bentuk, sehingga mendapatkan teori generalisasi, nyatanya bahasa selalu menunjukkan variasi internalnya, tidak ada penutur yang menggunakan satu bentuk penuturan saja (abnormal).
Variasi yang ada mengimplikasikan bahwa kita harus ingat bahwa bahasa bukan hanya objek penelitian yang abstrak. Hal ini juga berarti bahwa masyarakat memfungsikan. Dapatkah kita menentukan, dalam berbagai tujuan penelitian, fakta fungsi di atas? Hal ini tidak mengherankan sehingga isu yang selalu muncul di tiap tahun kemungkinan bernilai linguistic yang memisahkan fungsinya dan penggunanya. Berikut contoh Chomsky, banyak para ahli bahasa berpendapat bahwa tidak perlu mempelajari fungsi bahasa, atau bahkan bagaimana bahasa dipelajari tanpa memiliki
pengetahuan tentang bahasa. Disini, penelitian harus fokus pada pengembangan pengetahuan ke depan. Pekerjaan ini harus menyertakan tata bahasa yang mempermudah mengembangkan pemahaman kita tentang bahasa: apa, bagaimana mempelajari, apa isi pikiran manusia. Survey tentang fungsi bahasa memberikan sedikit gambaran. Banyak ahli sosiolinguistik tidak sependapat dan berargumen bahwa linguistik asosial tidak berguna. Hudson (1980 hal 19) berpendapat bahwa asosial barus dilihat sebagai bagian linguistik yang belum lengkap. Seperti masalah fungsi dan variasi termasuk bagian data yang harus dijelaskan berdasar teori linguistik; teori yang harus menyinggung fungsi bahasa. Pandangan inilah yang akan saya ikuti disini.
Sebagaimana yang akan kita lihat, ada variasi percakapan setiap individu, namun juga ada kejelasan tentang variasi: tidak seorangpun bisa bebas meneliti bahasa sesukanya. Anda tidak mungkin bisa mengucapkan kata semau sendiri, lurus atau terhalang seperti kata benda kata kerja yang arbirter, ataukah secara pengucapan secara drastic dengan kata, kalimat sesuai selera. Jika semua dilaksanakan, hasilnya tidak bisa berterima, bahkan tak bermakna. Variasi yang mucul tentu terbatas, herannya, keterbatasan ini dapat dijelaskan dan dapat digunakan oleh sekelompok pembicara, bukan hanya individu. Itulah norma-norma yang menjadi perhatian sejauh ini.
Lebih jauh lagi, individu mempunyai pengetahuan norma tersebut diatas yang berbeda-beda baik yang khusus dan yang tidak disadari. Tidak gampang menjelaskan cara individu mendapatkan pengetahuan norma itu yang masih terdapat lagi norma didalamnya yang berlaku dalam bertingkah laku, berpakaian, dan bersopan santun di meja makan. Isu lain inilah yang akan terjadi terus menerus dan berusaha untuk lebih menyederhanakan norma kebiasaan linguistic yang ada di kelompok masyarakat tertentu dan menggunakan secara individu. Hal ini menarik sebab kebanyakan orang tidak punya kesadaran berarti dalam kebiasaan linguistik ini.
PEMBAHASAN
1. Sudah dikatakan bahwa bahasa berisi tentang variasi yang sangat besar. Latar belakang apa yang bisa diambil untuk mempertontonkan variasi-variasi tersebut? Sebagai contohnya, ada berapa cara yang bisa Anda ungkapkan untuk meminta orang lain membukakan jendela, mau pun meminta ijin untuk membuka jendela sendiri dikarenakan ruangan Anda terasa panas? Ada berapa cara yang dapat dilakukan untuk mengucapkan and, have, do, of, dan for? Misalnya Did you eat yet? Seperti terdengar jeejet? Apa yang Anda mainkan dengan kata dan bunyi tersebut? Apakah Anda akan berbicara dengan cara yang sama kepada anak Anda waktu sarapan dengan kepada seseorang di waktu jamuan makan malam? Jika tidak-dan pastilah tidak tentunya, perbedaan pilihan linguistic apa Anda gunakan? Mengapa Anda melakukannya?
2. Perorangan dapat menggunakan bahasa dalam sebuah bentuk variasi demi maksud yang berbeda-beda. Apa dan kapan yang menyebabkan seseorang mengucapkan setiap lafal berikut?
a. Menurut Bapak apakah disini terasa dingin?
b. Bandara, secepatnya
c. Ya, pasti.
d. Saya berangkat dari rumah ke anak saya-George.
e. Apakah kamu mencintaiku?
f. Aneh!
g. Apakah kami dapat meminta agar tenang di belakang?
h. Baju yang bagus!
i. Tos!
j. Maukah kamu nikah dengan ku?
k. Apakah Anda sering datang kemari?
l. Terus ke kanan.
m. Bangsat!
n. Kamu sudah tidak mencintaiku lagi.
Sudah berapa buku tata bahasa yang And abaca tentang penggunaan kalimat di atas? Bisa kah Anda menjelaskan bagaimana penggunaan masing-masing sesuai dengan kompetensi dan penampilannya? (Disini Anda perlu baca teori Chomsky).
3. Apakah Anda selalu mengiyakan setiap ada orang yang tahu pilihan yang benar membuat bentuk linguistic tertentu? Apakah Anda, mereka juga, ber anggapan sebagai pelengkap yang benar pada pertanyaan taq pada contoh berikut? (Yang pertama sebagai contoh)
a. He is ready, isn’t he?
b. I have a penny in my purse, ………………..?
c. I may see you next week, ……………….?
d. I‟m going right now, …………….?
e. The girl saw no one, …………….?
f. No one goes there any more,…………….?
g. Everyone hates one another here, …………?
h. Few people know that………….?
i. Either John or Marry did it, …………..?
j. Each of us is going to go, ,………………?
Kesulitan apa yang Anda alami untuk menyelesaikan tugas di atas? Bentuk kesesuaian dan ketidaksesuaian apa yang Anda temukan diantara satu dengan yang lain? Apa peranan gramatikal baku terhadap kebenaran di sini? Nasihat apa yang dapat Anda berikan terhadap para pemelajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing yang sudah dewasa mengenai masalah ini?
4. Jelaskan beberapa aspek bahasa Anda sendiri yang menunjukkan adanya ragam (variasi) pemakaian bahasa terhadap orang tertentu yang Anda kenal. Apakah ada perbedaan lafal, bentuk fungsi bahasa, pilihan kata ataukah tata bahasa ? jika ternyata pilihan yang lain sama dengan pilihan Anda, bagaimana menjelaskan kelompok individu ini? Bagaimana menjelaskan pemilihan yang lain tersebut?
5. Hudson ( 1980 hal 14) mengatakan bahwa seseorang dapat termangu oleh kesepakatan para pembicara. Kesepatakan ini berdasar pada kebutuhan mengefisienkan komunikasi. Biasanya dia menunjukkan kebiasaan menggunakan bentuk-bentuk yang dimaksud seperti went yang merupakan bentuk lampu dari pergi, men yaitu bentuk jamak dari man, dan best yang merupakan superlative dari good. Morfologi yang selalu berubah ini tidak mempunyai makna komunikasi, semua menunjukkan bentuk-bentuk yang dibuat secara bersama. Bagaimana bahasa dapat dikaji? Aturan apa yang diikuti? Kapan kita dapat mengabaikan aturan tersebut jika pernah?
PENELITIAN ILMIAH BAHASA
Studi ilmiah bahasa, dalam penggunaannya, serta tatanan linguistic yang dilihat orang memperlihatkan beberapa masalah. Sebuah penelitian harus jalan berdasarkan skema untuk mengklasifikasikan hal-hal kecil yang beragam dan data linguistic yang akan diteliti. Bahwa akan menjadi pekerjaan yang kurang menarik, sejenis mengoleksi kupu-kupu. Jenis teori yang lebih dalam diperlukan untuk: dapat memahami prinsip umum organisasi yang pasti ada pada bahasa dan fungsi bahasa. Seperti hal yang menuntun Saussure (1959) untuk membedakan antara langue (sekelompok pengetahuan tentang bahasa) dan parole ( fungsi masing-masing bahasa); Bloomfield (1933) yang menekankan pentingnya distribusi yang berlawanan ( pin dan bin dalam bahasa Inggris merupakan kata yang berbeda, /p/ dan /b/ haruslah unit yang berlawanan dalam struktur bahasa Inggris; Pike (1967) membedakan wujud emic dan etic dalam bahasa /p/ dan /b/ adalah kontras, oleh karenanya emic, unit, namun dua pengucapan p dalam pin dan spin tidaklah kontras, begitu pula etic) dan Sapir (1921) dan lebih banyak lagi sampai Chomsky (1965) harus menegaskan perbedaan antara „karakteristik permukaan ucapan dengan kenyataan bentuk linguistic yang „dalam‟ dibelakang karakteristik permukaan tersebut. Kajian linguistic sekarang ini bermasalahkan universalitas bahasa (seperti property yang penting dan tipologi bahasa yang beragam-perhatikan Cook (1988), Comrie (1989), Greenberg (1963, 1966), dengan factor bahasa dapat dipelajari oleh manusia (tapi tidak bukan manusia) dan dengan syarat masalah perubahan linguistik.
Tidak hanya ada satu cara untuk mengkaji linguistik, meskipun benar bahwa beberapa ahli bahasa biasanya bertindak dengan cara mereka sendiri. Hal ini dimungkinkan ada dua ahli bahasa menggunakan dua pendekatan yang berbeda pada kedua bahasa dan teori bahasa pada kajian mereka yang masih sama-sama linguistik. Semisal tidak akan ada pendekatan yang lebih baik dan selalu berusaha meneliti keterkaitan bahasa dengan masyarakat yang mencakup ruang yang sangat luas dengan pendekatan yang berbeda; perbedaan teori bahasa berbeda pandangan tentang data akan topic tertentu; perbedaan rumusan masalah berarti berbeda konsep apa itu jawaban yang baik berdasarkan istilah statistik, penting atau tidak penting hasil penelitian dan kesimpulannya; dan perbedaan intepretasi baik teori dan kenyataan tiap penelitianm, misalkan apa yang diketahui tentang istilah bahasa, merubah atau mengembangkan kehidupan manusia.
Pada akhirnya akan sama-sama kita lihat, linguistiklah tanpa tema yang menyatu secara terpisah-terkecuali hubungan antara bahasa dengan masyarakat. Pandangan ini tidak sepatutnya mengganggu kita, apabila sudah tidak ada alasan lagi bahwa ibu semua disiplin, linguistic dan sosiologi menyudahi kontroversi internal malah menjadikannya sebagai norma. Terlebih, tidak ada alasan bahwa kajian terhadap tema dan pendekatan tunggal menyertakan semua yang ingin dilaksanakan: tidak lebih dari sebuah iluminasi sebagian kecil masalah yang beragam yang ada dan pencerahan tidak biasa. Dari pernyataan sekarang ini harus siap untuk bekerja dengan kajian terbatas dalam investigasi kita.
HUBUNGAN BAHASA DENGAN MASYARAKAT
Saya selanjutnya mengajukan agar mempertimbangkan ragam cara tentang keterkaitan bahasa dengan masyarakat. Hubungan yang mungkin lama berintrik para peneliti. Terlebih, jika kita telaah kembali sejarah sangatlah jarang untuk meneliti bahasa yang langsung selesai dari investigasi yang berkelanjutan atas sejarahnya sebuah bahasa, regional, dan distribusi sosial atau kaitannya dengan obyek, gagasan, kejadian, dan penutur dan petutur yang actual dalam dunia „nyata‟. Hal ini merupakan salah satu alas an mengapa sejumlah peneliti mengetahui pandangan Chomsky pada teori linguistic menjadi lebih tipe kejadian yang murni dengan penolakannya terhadap setiap kajian fungi sosial bahasa.
Ada variasi keterkaitan yang mungkin antara bahasa dengan masyarakat. Satu dimana struktur sosial bisa juga mempengaruhi atau menentukan struktur atau pun kebiasaan linguistik. Alasan tertentu bisa memperkuat pandangan ini: fenomena penjenjangan usia, anak muda berbeda bicaranya dengan anak yang lebih tua dan sebaliknya, anak-anak berbeda bicaranya dengan orang dewasa, penelitian menunjukkan bahwa variasi bahasa yang digunakan oleh si pembicara merefleksikan akan asal, sosial, suku dan bahkan jenis kelamin dan hasil penelitian juga menunjukkan bahwa cara berbicara tertentu, pilihan kata, bahkan aturan main bicara ditentukan oleh persyaratan sosial tertentu. Kita juga akan menemukan bahwa ‟kekuatan‟ baik sebagai sesuatu yang diraih dan dipertahankan, berguna mempengaruhi pilihan bahasa oleh orang banyak.
Kemungkinan keterkaitan yang kedua adalah yang bertolak belakang dengan yang pertama: struktur atau pun kebiasaan bahasa mempengaruhi atau menentukan struktur sosial masyarakat. Pandangan ini lah dibalik hipotesa Qhorfian (bab 9), pendapat Bernstein (bab 14), dan yang berpendapat bahasa tidak lagi pengguna bahasa dapat menjadi „ahli dibidang kelamin‟ (bab 13). Kemungkinan yang ketiga adalah bahwa pengaruh itu berarah ganda: bahasa dan masyarakat saling mempengaruhi. Satu bukti dari pendekatan ini adalah bahwa pengaruh ini merupakan logat alami, sebuah pandangan Mark mengedepankan Dittmar (1976) yang berpendapat (hal 238) bahwa „ kebiasaan bicara dan sosial berada pada interaksi yang konstan‟ dan bahwa „kondisi hidup material‟ adalah factor yang penting dalam keterkaitannya.
Kemungkinan keempat adalah mengasumsikan bahwa tidak ada keterkaitan sama sekali antara struktur bahasa dan struktur masyarakat yang masing-masing adalah independent. Ragam ini dapat dikatakan bahwa meskipun ada keterkaitan yang kita ketahui antara bahasa dengan masyarakat. Sebenarnya pandangan ini masih satu dengan Chomsky sendiri: dia lebih condong mengembangkan linguistic asosial sebagai awalan berbagai jenis linguistik sebagai pendekatan yang utama.
Kita seharusnya bersiap melihat berbagai aspek hubungan yang mungkin antara bahasa dengan masyarakat. Hal ini akan menjadi pekerjaan yang bagus sehingga studi korelasi dapat membentuk bagian kajian linguistik yang signifikan. Gumperz (1971, hal 223) membuktikan bahwa sosiolinguistik merupakan sebuah usahan untuk menemukan keterkaitan antara struktur sosial dengan struktur linguistik dan meneliti perubahan yang terjadi. Struktur sosial itu sendiri mungkin diukur dengan referensi sebagai factor kelas
sosial dan latar belakang pendidikan; kemudian kita dapat berusaha mengaitkan bahasa verbal dengan penampilan. Namum, lanjut Gumperz dan rekan cepat mengindikasikan studi korelasi tidak menghabisi kajian sosiolinguistik, atau kah malah selalu membuktikan suatu pencerahan akan harapan orang. Sudah sangat jelas bahwa korelasi hanya menunjukkan keterkaitan antara dua variable; tidak menyeluruh. Untuk mengetahui jika X dan Y berkaitan tidak harus perlu mengetahui X menyebabkan Y (sebaliknya) bahwa dimungkinkan pula adanya factor ketiga, Z, yang mungkin mempengaruhi X dan Y (bahkan terhadap kombinasinya). Itu lah kenapa harus hati-hati untuk menarik kesimpulan dari hubungan yang diteliti: bisa jadi tidak saling berhubungan.
Sosiolinguistik harus menjadi sesuatu yang lebih dari gabungan linguistik dan sosiologi yang konsep dan hasilnya dari dua keilmuan dan berusaha mengaitkannya dengan teknik korelasi ataupun cara yang lain. Hymes (1974 hal 76) menegaskan bahwa gabungan mekanikal antara linguistik baku dan sosiologi baku sepertinya tidak cukup untuk menambah sosiologi yang tanpa habis terhadap sosiologi tanpa linguistik dapat kehilangan hal yang penting dalam keterkaitan bahasa dengan masyarakat. Hal khusus kaitan antara bahasa dengan masyarakat harus diungkap, melalui teori tentang bagaimana linguistik dan struktur sosial berinteraksi. Kita harus berasumsi bahwa penelitian kita akan menarik perhatian menumbuhkan isu teoritis. Kita akan mengkajinya-bukan Cuma mengumpulkan kupu-kupu belaka.
SOSIOLINGUISTIK DAN SOSIOLOGI BAHASA
Beberapa peneliti telah menemukan cara yang cocok untuk meneliti perbedaan antara sosiolinguistik dan sosiologi bahasa. Perbedaannya, sosiolinguistik lebih mengedepankan investigasi hubungan antara bahasa dan masyarakat dengan tujuan untuk mendapatkan pemahamana struktur bahasa dan fungsi bahasa dalam komunikasi; sedangkan sosiologi bertujuan untuk mengetahui bagaimana struktur sosial dapt lebih dipahami melalui bahasa, misalkan bagaimana, bentuk suatu bahasa membedakan susunan strata sosial.
Hudson (1980, hal 4-5) memberikan perbedaan sbb: sosiolinguistik adalah „penelitian bahasa yang berhubungan dengan masyarakat‟ sedang „sosiologi bahasa‟ penelitian sosial masyarakat yang berhubungan dengan bahasa. Dengan kata laindi dalam sosiolinguistik, kita mempelajari masyarakt untuk mendpatkan sebanyak mungkin jenis bahasa, dan di dalam sosiologi sebaliknya.Ulasan yang akan saya paparkan didisini bahwa kedua-duanya membutuhkan penelitian bahasa dan masyarakat yang sistematis agar semua bias berhasil. Terlebih, sosiolinguistik yang bertolak dari kesimpulan atas suatu sosial masyarkat terlihat tidak harus dibatasi beda dengan sosiologi yang memang mengabaikan penemuan bahasa hasil dari pembelajaran penelitian-penelitian sosiologi. Sehingga, misalkan bisa memungkinkan untuk melakukan kedua-duanya, akan saya lakukan.
Konsekuensinya, saya mengesampingkan pendapat Trudggil (1978) yang berusaha membedakan antar disiplin tersebut dan cenderung murni sosiolinguistik sebagaiman dia berujar, “Jika semua setuju bahwa sosioliguistik punya sesuatu yang harus dikerjakan
dengan bahasa dan masyarakat, hal ini berarti juga sudah jelas tidak harus memperhatikan hal yang disebut bahasa dan masyarakat. masalahnya ada pada batasan bahasa dan masyarkat dan sosiolinguistik. Sudah jelas para peneliti membuat batasan (hal. 1). Trudggil berpendapat bahwa penelitian bahasa tertentu merupakan tujuan sosiologis semua: terkesan mereka keluar dari sosiologi bahasa. Termasuk di dalamnya adalah penelitian etnografi (bab 10) yang sudah diteliti oleh Berstein ( bab 14). Sedangkan Trudggil kajiannya bukanlah sosiolinguistik sehingga tidak bertujuan linguistik.
Menurut Trudggil jenis kajian tertentu mengkombinasikan isi sosiologi dan linguistik. Misalkan tentang struktur diskorsal dengan percakapan (bab 12), implikatur (bab 12) kajian etnografi pada percakapan (bab 10), kajian tentang system (bab 9), kajian sosiologi bahasa seperti bilingualisme, pertukaran kode, dan diglosia (bab 4) dan kajian praktis tertentu seperti variasi mengajar dan kebiasaan berbahasa di kelas. Pada saat Trudggil berkutat semua sebagai sosiolinguistik semata, namun dia lebih suka menggunakan istilah tersebut di atas secara berbeda dan kadang bermakna sempit. Di lain sisi, (1983) lanjutnya bahwa kajian diumpamakan asumsi yang lebih baik pada ranah antropologi bahasa, geolinguistik, psikologi sosial bahasa dan seterusnya.
Bagi Trudggil, masih ada kategori kajian yang lain mengenai linguistik dan permasalahan sosial. Kategori ini terdiri dari kajian-kajian yang memiliki perhatian linguistik. “Studi ini didasarkan pada kajian empiris tentang berbicara dalam konteks sosial, dan diharapkan menjawab pertanyaan dan sesui dengan topiknya. Studi ini hanyalah cara yang lain dalam melihat linguistik yang didalamnya termasuk kajian variasi teori dan perubahan linguistik dan tokohnya adalah William Labov. Menurut Trudggil, Labov menempatkan dirinya pada isu hubungan bahasa dengan kelas sosial yang tujuannya bukan lagi mengenai masyarakat tertentu ataukah mengetes keterkaitan antara linguistik dengan fenomena sosial, namun untuk mengetahui lebih tentang bahasa dan mempelajari topic seperti mekanisme perubahan linguistik, karakter variabelitas linguistik dan struktur system linguistik. Semua kajian Trudggil adalah bertujuan untuk mengembangkan teori linguistik dan pemahaman kita akan dunia bahasa. Baginya, inilah sosiolinguistik yang sesungguhnya.
Dari penyampaian saya dan referensi tersebut menyakinkan bab berikut sudah jelas bahwa kajian saya sedikit lebih focus dari pada kajian Trudgill. Tatkala memang ada perbedaan antara penelitian sosiolinguistik dan sosiologi bahasa, saya lebih cenderung kepada pendapat Hudson (1980, hal 5) dalam hal:
Perbedaan antara sosiolinguistik dan sosiologi bahasa adalah banyak penekanan, tergantung apakah si peneliti tertarik pada bahasa atau masyarakat, dan juga tergantung apakah dia punya kemampuan lebih untuk menganalisa struktur bahasa dan masyarakat. Hal ini saling tumpang tindih sehingga sepertinya tidak gunanya untuk memisahkan keduanya dengan sangat jelas sekarang ini.
No comments:
Post a Comment